Kenaikan harga BBM, kalimat tersebut
nampaknya sudah bukan hal baru bagi telinga masyarakan Indonesia, siapapun
pemimpin negri Ini tak pernah lepas dari kebijakan menaikkan aharga BBM
tersebut, hal ini dilakukan agar subsisdi BBM dapat dialihkan untuk hal-hal
lain, seperti untuk pembangunan sekolah-sekolah dll, pemerintah menganggap
bahwa pengguna BBM setidak nya dalah masyarakat yang memiliki kendaraan dan
dianggap cukup mampu secara ekonomi. Secara teori hal ini terdengat baik, namun
mengapa setiap saat berita ini mencuat selalu terjadi konroversi?
Jawaban dari pernyataan diatas
tentu hanya satu, kenyataan menyebutkan bahwa kenaikan harga BBM untuk
dialihkan kepadape pembangunan infratruktur lain dan sejenisnya merupakan suatu
wacana, lebih tepat disebut ‘hanya sebuah wacana’ karena seperti yang semua
orang ketahui, pada akhir nya uang pengikisan subsidi BBM tersebut jatuh kepada
tangan-tangan tak bertanggung jawab. Jangan kan membangun sekolah-sekolah
ataupun mengratiskan bayaran sekolah, membangun jembatan antar kampung saja
pihak DPRD mengatakan belum ada dana.
Masyarakat hanya mencoba untuk
kritis , dan lepas dari pembodohan yang dilakukan para anggota dewan yang
menikmati uang mereka, sementara mereka tak juga mendapat kehidupan yang layak.
Inilah alasan utama mengapa pada akhirnya terjadi demostarasi, kekerasan yang
akhirnya menimbulkan keresahan setiap kali wacana kenaikan harga BBM mencuat.
Menilik dai hal tersebut, ada
baiknya pemerintah dan ‘orang-orang atas’ di gedung dewan sana jangan hanya
bersiap siaga melakukan penjagaan setiap kali demostran mendatangi kediaman
mereka disana, dan menganggap demo semacam ini adalah hal bisa, mereka seharus
nya berfikir lebih jernih lagi, bahwa corat marut Negara ini berawal dari
ulah-ulah mereka juga. Namun bagi masyarakat ada baik nya hal semacam ini juga
dihadapi dengan kepala dingin, jangan sampai timbul korban tak berdosa karena
masalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar